Daycare Al Irsyad
Yayasan Pendidikan Islam YPI AL IRSYAD MGT Menyelenggarakan : - Daycare/Taman Penitipan Anak (TPA) - Kelompok Bermain (KB) - Taman Kanak-kanak (TK) - Taman Pendidikan Qur'an (TPQ) Alamat : Perumahan Mutiara Gading Timur Blok H12 No.9 RT.03 RW.33 Kle.Mustikajaya, Kec.Mustikajaya Kota Bekasi Tel. 021-82614545, WA. 081380513760
Jumat, 27 November 2015
Rabu, 03 Desember 2014
Hadits Muslim 4803
حَدَّثَنَا
حَاجِبُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ عَنْ
الزُّبَيْدِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ
مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ
وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً
جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ
ثُمَّ يَقُولُا أَبُو هُرَيْرَةَ وَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ
{ فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ
لِخَلْقِ اللَّهِ }
الْآيَةَ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْأَعْلَى ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ
الرَّزَّاقِ كِلَاهُمَا عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ بِهَذَا
الْإِسْنَادِ وَقَالَ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً وَلَمْ
يَذْكُرْ جَمْعَاءَ
Seorang bayi tak dilahirkan (ke dunia
ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang
tuanyalah yg akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi
-sebagaimana hewan yg dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat.
Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat? ' Lalu Abu Hurairah berkata; 'Apabila kalian mau, maka bacalah firman Allah yg berbunyi: '…tetaplah atas fitrah Allah yg telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah.' (QS. Ar Ruum (30): 30). Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah; telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Alaa Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, & telah menceritakan kepada kami 'Abd bin Humaid; telah mengabarkan kepada kami 'Abdurrazzaq keduanya dari Ma'mar dari Az Zuhri dgn sanad ini & dia berkata; 'Sebagaimana hewan ternak melahirkan anaknya. -tanpa menyebutkan cacat.- [HR. Muslim No.4803].
Jumat, 03 Januari 2014
Senin, 14 Januari 2013
السلام عليكم ورحمةالله وبركاته
PENGUMUMAN
Dibutuhkan tenaga pengasuh untuk Taman Penitipan Anak
dan tenaga pengajar untuk Taman Kanak-kanak
Bagi yang berminat bisa menghubungi 021-82614545, 50107272
atau bisa bertemu langsung dengan Ibu Nining
والسلام عليكم ورحمةالله وبركاته
Minggu, 13/01/2013 22:00 WIB
M Nuh: Dilarang Tes Jarlistung untuk Daftar SD
Sukma Indah Permana - detikNews
"Tidak boleh di SD pakai tes jarlistung, umurnya berapa ya terima saja. Yang penting belajar dulu," ujar M Nuh.
Hal ini disampaikan M Nuh dalam acara sosialisasi Kurikulum 2013 di kantor Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jalan Kyai Mojo Srondol Kulon Banyumanik Semarang, Jawa Tengah, Minggu (13/1/2013).
"Masak anak-anak semuanya harus lahir pas di tahun ajaran baru. Wong anak-anak itu lahir sakarepe dewe (terserah mereka sendiri -red)," lanjut M Nuh dan disambut gelak tawa para hadirin.
"Kalau anak kelas 1 SD sudah bisa menulis, berarti dia belajar membaca saat TK, TK itu bukan sekolah. Lalu mengenal huruf di PAUD?" sindirnya.
Dalam acara yang dihadiri para rektor, guru, dan stake holder bidang pendidikan Provinsi Jawa Tengah ini, M Nuh mengatakan bahwa dalam kurikulum saat ini banyak terdapat overlap materi.
"Misalnya (mata pelajara) PKn kelas 4 SD, harus tau lembaga negara tingkat pusat, MPR, DPR, BPK. Ini yo penting, tapi belum waktunya," kata M Nuh.
"Lalu Kelas 5 disuruh memberi contoh peraturan perundangan, ini belum waktunyan, dan seterusnya. Banyak yang harus kita tata, beban yang berlebihan harus kita tata lagi," tuturnya.
(Sumber : http://news.detik.com/read/2013/01/13/220027/2140854/10/m-nuh-dilarang-tes-jarlistung-untuk-daftar-sd)
Selasa, 17 Juli 2012
Siapkah Anak Menjalani Pendidikan Usia Dini?
Published By Bunda Iin On Senin, Juli 16th 2012.
Ketika memutuskan anak untuk bersekolah,
ada banyak pertimbangan orangtua. Beberapa beralasan, usia mereka sudah
cukup untuk bersekolah dan ada yang lain beralasan anak mereka telah
siap secara mental walaupun umur belum mencukupi. Ada juga yang
beralasan karena anak mereka lebih baik berada di sekolah, dibandingkan
berada di rumah sebab tak punya teman dan kehidupan sekolah bisa
mengajarkan banyak terutama bersosialisasi.
Sayang, banyak orangtua akhirnya
melupakan beberapa faktor penting. Antara lain, mereka lupa kalau
sekolah adalah sebuah langkah besar untuk seorang anak. Mungkin bagi
orangtua, sekolah hanya dilihat dari segi fungsional semata. Tapi buat
seorang anak, sekolah bisa menjadi tempat yang menyenangkan namun
sebaliknya bisa menjadi tempat paling mengerikan untuk mereka.
Fundamental mendasar untuk mengambil keputusan menyekolahkan mereka tentu saja adalah anak itu sendiri.
Berapa sebenarnya umur yang tepat bagi anak untuk memulai pendidikannya?
Ini yang agak sulit dijawab. Saya pernah
melihat brosur PG/PAUD yang menawarkan pendidikan untuk anak usia 3-4
tahun, lalu ada Toddler yang melayani pendidikan untuk anak di usia yang
lebih rendah dari 3 tahun. Hal inilah yang banyak menimbulkan
kebingungan bagi orangtua terutama yang belum memiliki pengalaman
mendidik anak. Akhirnya timbul pemikiran bahwa menyekolahkan anak makin
cepat makin baik, apalagi dikelola oleh lembaga pendidikan yang
terkenal.
Padahal ada banyak sekali hal-hal yang
harus dipikirkan sebelum memasukkan anak ke sekolah, selain memilih
sekolah dan jenis pendidikan yang akan diperoleh anak.
Kesiapan fisik dan mental anak merupakan hal utama dibandingkan menghitung usianya.
Setiap kali tahun ajaran baru tiba di
beberapa TK atau Playgroup atau PAUD, terlihat antrian orangtua yang
mengantarkan putra putri mereka pada hari pertama sekolah. Beberapa
sekolah termasuk TK/PG/PAUD menerapkan aturan pengenalan atau orientasi
siswa selama satu minggu. Bedanya kalau di pendidikan awal ini,
orientasi siswa biasanya diisi dengan dibolehkannya orangtua menemani
anak selama jam pelajaran, atau ikut melihat dan mengawasi anak-anak
ketika berada di dalam kelas.
Namun yang terjadi kemudian, ada beberapa
anak yang tidak bisa ditinggalkan walaupun masa orientasi telah usai.
Suara tangisan, rengekan, jeritan hingga akhirnya menghalalkan cara-cara
tak sehat seperti membohongi anak, hingga menyuapnya dengan
hadiah-hadiah. Akhirnya sekolah malah memperkenalkan anak pada sesuatu
yang tidak baik atau bersifat negatif, yang sayangnya dibantu oleh
orangtuanya sendiri.
Itu belum selesai. Bagaimana ketika anak
ternyata belum lepas dari diapersnya atau dotnya? Atau malah masih
sangat tergantung pada Ayah Bundanya. Ini yang kadang-kadang luput dari
perhatian orangtua.
Setiap anak memiliki kesiapan mental yang
berbeda. Si A sudah bisa melewati toilet training pada umur 9 bulan
tapi si B berumur 3 tahun bahkan masih belum bisa membedakan mana BAB
(buang air besar) dan BAK (buang air kecil) karena selalu dipakaikan
diaper.
Yang menjadi pengamatan saya akhirnya
adalah masalah toilet training dan kebiasaan nge-dot itu justru menjadi
alasan utama para orangtua memasukkan anak-anak mereka ke PAUD/PG/TK,
karena mereka mengira sekolah akan membantu anak-anak mereka cara
latihan ke toilet dan melepaskan dari kebiasaan nge-dot. Padahal ini
bisa-bisa mendatangkan masalah baru yaitu trauma dan tentu saja akhirnya
mengubah fungsi pembimbing atau guru anak, menjadi para pengasuh
dadakan karena harus bolak-balik mengurus si ‘bayi’ besar yang tidak
siap.
Beberapa anak menunjukkan ciri-ciri
ketidaksiapan itu dengan gangguan kesehatan seperti muntah-muntah,
mengeluh sakit perut hingga nafsu makan yang berkurang. Ada juga yang
mengalami perubahan sikap seperti semakin nakal dan suka sekali sekali
‘membully’ teman-teman barunya. Atau munculnya kebiasaan yang tidak ada
sebelumnya misalnya mengompol, menangis, menjerit dan lain-lain.
Siapkanlah mental si kecil jika memang
usianya sudah cukup. Beberapa sekolah swasta baik PAUD/PG/TK banyak yang
melakukan pemeriksaan mental terlebih dahulu untuk mengetahui seberapa
siap anak ke sekolah. Jika tidak ada, jangan takut untuk melakukan
pemeriksaan mental dengan psikolog. Anda sendiri juga bisa melakukan
pemeriksaan kesiapan mental itu dengan bertanya jawab seputar dunia
sekolah, misalnya dengan memberitahu apa yang akan dia dapatkan di
sekolah dan apa yang tidak dapat ia temukan di sekolah. Lalu tanyakan
bagaimana perasaannya kalau ditinggal oleh Mama dan Papa di sekolah dan
bimbing dia cara mengatasinya, misalkan berdoa atau meminta bantuan pada
guru. Hal yang paling sering muncul dalam anak-anak yang baru masuk
sekolah adalah rasa cemas dan takut.
Karena itulah, jangan pernah
menakut-nakuti anak dengan sesuatu hal yang kelak akan dominan dalam
hidupnya (seperti pada guru, pada makhluk tertentu atau benda tertentu)
atau terlalu banyak memberinya sederet larangan. Anak yang
sering dilarang atau ditakut-takuti apalagi dibohongi akan menjadi anak
yang penakut, mudah cemas dan tidak percaya diri termasuk sulit pergi ke
sekolah.
Ajarilah si Kecil cara menghadapi ketakutan dan kecemasannya.
Jika terus berlanjut sampai masa orientasi lewat, maka cari penyebabnya
(misalkan suara guru yang terlalu galak, takut pada salah satu temannya
dll)
Akan lebih baik, jika beberapa minggu sebelum bersekolah kita sudah mengenalkan apa saja yang nanti akan dihadapinya saat bersekolah.
Seperti tingkah laku yang baik dalam kelas, bersalaman, mematuhi
perintah guru dan mengurus dirinya (sebatas kemampuannya tentu saja).
Ini khusus untuk anak-anak yang masuk TK. Untuk PAUD dan PG, biasanya
tergantung kebijaksanaan masing-masing lembaga yang menyelenggarakan.
Namun ada baiknya memasukkan anak-anak itu tetap memperhitungkan dua
aspek di atas yaitu usia dan kesiapan mental anak.
Selain itu, sebagai orangtua kita juga
harus mempersiapkan diri menghadapi tingkah anak yang mungkin di luar
dugaan. Ingat Ayah Bunda! Jangan halalkan yang haram untuk mengajarkan kebaikan ya… seperti berbohong dan membodohi anak.
Dan terakhir tentu saja, ajarilah anak untuk mampu mengatasi ketakutannya dengan berdoa pada Tuhan sesuai kepercayaannya,
bahwa Allah akan menjaganya walaupun kita tak berada di sisinya. Dengan
mengajarkan beberapa doa pendek, anak akan memiliki bekal yang cukup
untuk memasuki sekolah barunya.
Seberapa pintarpun seorang anak, yang
terpenting adalah mengembangkan akhlak dan kepribadiannya. Jika dasar
kepribadian itu terbentuk karena trauma dan akhirnya menghasilkan
anak-anak yang seperti robot. Tak berakhlak baik meskipun pintar. Maka
tak ada salahnya kita mempertimbangkan lagi apakah sudah tepat
menyekolahkannya atau tidak. Pendidikan usia dini juga bisa dilakukan di
rumah, jika orangtua memiliki waktu yang cukup dan informasi yang dapat
dengan mudah didapatkan baik dari bantuan buku pembimbing ataupun
informasi melalui berbagai media.
*****
http://bundaiin.blogdetik.com/2012/07/16/siapkah-anak-menjalani-pendidikan-usia-dini/
Selasa, 10 Mei 2011
Berkebun Organik di Lahan Terbatas
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Al hamdulillah, telah dibuka pendaftaran murid baru untuk
Taman Kanak-kanak kelas A (usia > 4 tahun)
Taman Kanak-kanak kelas B (usia > 5 tahun)
Kelompok Belajar (usia > 3 tahun)
dan
Penitipan Anak (usia > 2 tahun)
Alamat :
Perumahan Mutiara Gading Timur Blok H12 No. 09
RT.10 RW.03 Kel. Mustikajaya, Kec. Mustikajaya
Kota Bekasi
Telp. 021-8261 4545, 2622 0732
Hari kerja : Senin - Jum'at
Jam 07.00 - 16.00
Langganan:
Postingan (Atom)